Kamis, 27 Oktober 2011

LAPORAN SITE VISIT TH 2011

LAPORAN SITE VISIT TH 2011
PONPES WARIA AL-FATAH DAN MASJID JOGOKARYAN
Dosen Pengampu: Ibu Rr Siti Kurnia
Oleh: Yogi Setiadi
08540011
A.    Ponpes Waria Al-Fatah
Sangat menarik sekali ketika pertama datang ke Ponpes Waria Senen – Kemis Al-Fatah, di sini teman-teman Sosiologi Agama dan saya khususnya mendapat banyak sekali  pelajaran yang sebelumnya tidak pernah dipelajari selama saya kuliah di Sosiologi Agama. Kunjungan ini sangat memberi pencerahan bagi kami, karena semua orang pada dasarnya adalah sama, tidak ada perbedaan satu dengan yang lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Maryani, sebagai pimpinan Ponpes Waria Al-Fatah “Tidak ada manusia yang sempurna”. Kata-kata ini mengungkapkan isi hati beliau, karena menjadi waria adalah bukan sebagai pilihan hidup, akan tetapi ini adalah sebuah kodrat yang telah diberikan oleh Allah semata, “siapa sih yang mau jadi waria?”. Semua makhluk tuhan juga ingin menjalani hidup ini dengan normal, yang Laki-laki ya menjadi Laki-laki seutuhnya kemudian juga sebaliknya, yang perempuan juga ya menjadi perempuan yang seutuhnya.
pola kerja dan pemberdayaan yang ada di Ponpes Waria ini agak berbeda dengan yang lainnya, karena di sini bukan pondok yang bisa menampung banyak orang. Di Ponpes ini, setiap malam Senin dan Kamis, diadakan pengajian rutin untuk memperdalam keagamaan para waria yang menginginkan belajar bersama saja, karena masih banyak waria-waria yang belum bergabung dan bahkan ada yang tidak mau mengikuti pembelajaran yang ada sekalipun. Pada hari senin dan kamis sore tepatnya pukul 17:00, semua waria yang bergabung dan minat untuk memperdalam keagamaan berkumpul, guna mengadakan belajar bersama-sama hingga selesai.
Keberhasilan ponpes ini antara lain adalah membangun jaringan dengan Komisi Penaggulangan AIDS (KPA), juga telah membuka lembaran baru bagi waria yang dulunya suka keluar malam, sekarang telah mendapatkan kerja di tempat yang mana mereka mempunyai keahliannya masing-masing, dan hingga saat ini jumlah waria yang ada di Ponpes mencapai 25 orang. Selain itu, adapun kegiatan membantu para korban bencana merapi walau hanya mencukur rambut para pengungsi. Adapun kendala-kendala yang di Ponpes ini yaitu, kekurangan bantuan financial dari pemerintah, karena hingga saat ini Ibu Maryani yang menanggung segala kebutuhan materi.
Dengan mengunjungi Ponpes Waria ini, saya terketuk untuk menghimbau kepada seluruh masyarakat dan rakyat di Indonesia khususnya, agar menerima keadaan mereka (para waria) dengan lapang dan memberi mereka ruang agar dapat hidup normal sebagaimana adanya makhluk yang telah di ciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena benar, “sesungguhnya Allah tidak melihat kepada pakaian dan harta kalian, dan sesungguhnya Allah melihat kepada hati kalian”. Karena mereka juga berhak untuk melakukan ibadah.
B.     Masjid Jogokaryan
Masjid yang multifungsi, ini julukan dari saya pribadi untuk masjid Jogokaryan yang saat itu saya kunjungi. Mengapa demikian? Karena selain berfungsi untuk beribadah kepada Allah, di sini juga memiliki perpustakaan pribadi yang di perbolehkan untuk semua warga yang datang ke masjid Jogokaryan ini. Mengingatkan pada masjid zaman Rasulullah ketika saya belajar Tarikh Islam kelas 2 Tsanawiyah. Di sini saya mencatat bagaimana Takmir masjid Jogokaryan mengelola dan memenejemen sedemikian rupa, yakni:

Tiga Tahap Manajemen Masjid:
a.       How to Image
b.      How to Manage
c.       How to Make Success
Langkah-Langkah Manajemen Masjid:
a.       Menentukan Wilayah Da’wah Masjid
b.      Melakukan Pendataan Jamaah Masjid
c.       Merencanakan Kegiatan Masjid
d.      Mensosialisasikan Kegiatan Masjid
e.       Membuat Laporan Kegiatan Masjid 
Prinsip Manajemen Masjid:
a.       Melayani
b.      Memahamkan
c.       Mensosialisasikan
d.      Mempertanggungjawabkan
Pelayanan dilakukan Dalam Bentuk :
a.       Kesehatan
b.      Pendidikan
c.       Kesenian
d.      Sosial
e.       Ibadah
f.       Olah Raga

Strategi Pelayanan:
a.       Harus jeli membidik potensi dalam masyarakat
b.      Harus pandai melihat peluang yang ada dalam masyarakat
c.       Harus cermat melihat kebutuhan masyarakat
Pembinaan Dengan Tujuan :
a.        Memahamkan Warga tentang sistem Islam
b.       Meningkatkan peran warga dimasjid
c.        Mempererat ikatan yang sudah terbentuk
d.       Terbentuknya masyarakat yang     madani
Selain itu juga, Takmir masjid mengatakan “Masjid adalah Sumber Perubahan Peradaban dan Pemberdayaan Ideologi”, jadi dari ungkapan tersebut, bahwa seluruh kegiatan yang ada di masjid hanya bertumpu untuk mengembangkan umat islam yang dari tidak tahu menjadi tahu atas apa yang mestinya mereka ketahui.
Keberhasilan yang dilakukan oleh segenap Takmir ini adalah mengadakan gerakan infak mandiri sejak tahun 2000-2004 yang sangat menajubkan dari pada sebelumnya, adapun kutipan yang saya anggap ini lucu tapi sangat manjur, yaitu:
Jamaah Mandiri?
ü  Jika Anda berinfaq Rp1500,-/pekan, Anda adalah Jamaah Mandiri
ü  Jika Infaq Anda lebih dari itu , Anda telah membantu yang lain
ü  Jika Infaq Anda kurang dari itu, ibadah Anda di masjid masih disubsidi orang lain.
ü  Meskipun demikian, Kami dengan senang hati melayani Anda dalam beribadah di Masjid dan bersama-sama memakmurkan masjid.
Banyak kritikan yang saya ajukan untuk pengelola masjid Jogokaryan ini, mengapa harus ada kutipan-kutipan yang seharusnya tidak ada di lingkungan masjid tersebut, seperti “Israel Go To Hell”. Ini adalah simbol yang mungkin bisa mengacu pada pemberontakan Ideologi masyarakat setempat. Dan Good Job untuk Ponpes Waria Al-Fatah. Terima Kasih
Yogyakarta, Senin 12 Mei 2011.